Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata galau artinya: sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).

Nah, jika kata galau tersebut kita kaitkan dengan fenomena di dunia remaja saat ini (bahkan juga yang tua) yang sering mengalami kondisi galau, barangkali arti yang dimaksudkan kemungkinan adalah yang terakhir, yaitu kondisi pikiran kacau tidak karuan.

Dalam kesempatan ini,  saya tidak mau ikut-ikutan galau atau menyalahkan orang yang tengah galau.  Saya akan mencoba mengaitkan fenomena kegalauan masal ini dengan hal lain yang kemungkinan menjadi penyebabnya secara umum.

Menurut sebuah buku yang pernah saya baca, para ahli telah memprediksikan akan hadirnya sebuah era perubahan besar yang dikatakan hampir menyamai perubahan yang terjadi pada 500 tahun yang lalu. Periode perubahan besar itu adalah antara tahun 1970-2020. Artinya, pada periode ini manusia mengalami perasaan terguncang yang demikian hebat dalam hidupnya karena perubahan yang dramatis tersebut.

Pertanyaannya, faktor apa yang menjadi penyebabnya? Para ahli sepakat bahwa perkembangan teknologi (radio, televisi, komputer, pesawat terbang dll) memang telah mengubah hidup manusia secara drastis. Namun, ada satu faktor lagi yang sangat fenomenal yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan lebih khusus lagi teknologi internet-lah yang dianggap mengguncang peradaban manusia khususnya pada periode tahun 2000-an.

Kalau merujuk pada prediksi di atas maka kegalauan masal ini mungkin akan berakhir kira-kira satu windu lagi – atau tahun 2020. Namun, prediksi ini bisa saja meleset (yah, namanya saja prediksi..), artinya bisa lebih atau justru kurang dari waktu yang telah diperkirakan.

Sayaratnya, menurut saya jika manusia-manusia di bumi sekarang ini mulai menyadari situasi dan kondisi yang tengah dialami bersama di hampir seluruh belahan dunia ini. Yaitu tengah berlangsungnya proses perubahan dunia yang bersifat radikal sehingga mengguncang dan menjungkir-balikkan keadaan dunia kita beserta tatanannya ini.  Dan sudah barang tentu jika hal ini juga berpengaruh pada kondisi psikologis manusia di dalamnya, termasuk kita.

Jadi, inilah sumber kegalauan masal yang kita rasakan bersama, khususnya  dalam 10 tahun terakhir.  Sehingga untuk bisa menghadapi semua itu tanpa kegalauan – atau untuk mengusir kegalauan tersebut – maka kita harus  mulai menyadari dan menerima kenyataan itu terlebih dulu.

Perubahan tidak perlu kita lawan, justru kita harus berdamai dengan keadaan dan perubahan tersebut supaya kita tidak menjadi korbannya.

Untuk bisa bertahan di tengah perubahan, kita tidak perlu menyukai perubahan tersebut. Tapi melawan keadaan yang cenderung chaos ini jelas merupakan tindakan yang sia-sia.

Intinya, kita harus bersahabat dengan perubahan dan mencoba beradaptasi serta mengambil manfaat dari perubahan yang tengah dan terus berlangsung ini.

Apakah penjelasan singkat saya ini bisa mengurangi ataukah justru menambah kegalauan yang tengah anda rasakan..??!

Setidaknya saya berharap, dengan kita menyadari dan menerima keadaan – yang telah saya sampaikan di atas – maka pikiran kita akan menjadi sedikit lebih tenang.  Dan orang yang tenang mestinya tidak akan mengalami kegalauan khan?  🙂