Menurut Hermawan Kartajaya (HK), positioning dianggap sebagai alasan keberadaan produk, merk atau bisnis anda. Karena itu sering juga dianggap sebagai being strategy. Istilah yang diperkenalkan oleh Al Ries ini memang sudah banyak diadopsi oleh para praktisi dan juga pakar marketing bahkan di tingkat internasional.

Bahkan Kottler yang dianggap sebagai guru marketing dunia juga mengadopsi tak-tik ini dengan menggabungkannya menjadi segmentasi-targeting-positioning (STP). Begitu pentingnya tak-tik ini sehingga jika salah dalam implementasi akan berakibat lemahnya keseluruhan strategi marketing dari produk atau merk kita.

Meskipun ada juga yang berpendapat bahwa marketing mix (bauran pemasaran) yang sering disebut 4P (Product, Price, Place dan Promotion) dianggap sudah cukup sebagai sebuah strategi marketing. Namun, dengan logika sederhana sebenarnya kita bisa menggugat hal tersebut. Misalnya, bagaimana kita membuat produk, menetapkan harga, memilih tempat atau saluran distribusi dan melakukan promosi – jika kita tidak menyadari posisi kita.

Jika dianalogikan dengan manusia, hal ini seperti orang yang tidak sadar posisi – sehingga menjadi salah tingkah dan serba salah – Begini salah, begitu juga salah. Itulah pentingnya positioning yang jelas bagi bisnis itu sendiri. Menyadari keberadaannya sehingga akan menentukan langkah selanjutnya.

Sedangkan bagi konsumen maupun calon konsumen, positioning ini akan menjadi semacam filter untuk melihat sesuatu ditengah keramaian. Meski pada akhirnya hal ini tidak akan berjalan semestinya jika tidak didukung oleh diferensiasi yang solid. Akan tetapi sekali lagi positioning ini akan menentukan bagaimana strategi selanjutnya.

Memang tidak selalu mudah untuk menentukan positioning produk atau bisnis kita, terlebih jika kita tidak sejak awal membuat konsep pelanggan. Apakah konsep pelanggan itu? menurut Dough Hall, seorang pakar pengembangan bisnis kecil dari Amerika – konsep pelanggan berarti setiap produk atau bisnis harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu: manfaat nyata (untuk calon konsumen), alasan kuat untuk percaya, dan terakhir adalah perbedaan yang mencolok.

Tanpa konsep pelanggan tersebut seharusnya sebuah merk atau produk tidak perlu ada. Masalahnya adalah, bagaimana dengan bisnis yang telah ada namun belum sadar posisi alias positioning-nya tidak jelas? atau belum secara jelas bisa menjawab ketiga konsep pelanggan diatas.

Kuncinya, menurut para pakar pengembangan bisnis – kita harus selalu menganggap bahwa setiap bisnis itu adalah bisnis baru – sehingga kita perlu menyusun kosnep pelanggan dan dasar strategi marketing seperti halnya akan memulai sebuah bisnis baru.